9 respons untuk ‘Working on Greenstone Digital Library’

  1. kalau Senayan saya udah liat interfacenya cuma belum pernah nyoba nginstall, kalau yang igloo belum pernah dengar, kalau freelib kayaknya diglib khusus (peer to peer) ya… mungkin akan saya coba surge, thanks for the info…

  2. fren, sepengetahuan saya sih, kalau senayan, igloo, freelib is library automation, its not digital library. Tapi kalo greenstone memang digital library application. Gitu ga?????
    so tahu banget sih gw 🙂

  3. Pak Taufik bener… and yes, greenstone is diglib application tetapi saya ada sedikit masukan… you see… digital library tidak hanya mengenai software dan CMS tetapi juga IR, networking, organization, and knowledge management bahkan human resources. Database referensi pun menurut saya bisa dianggap diglib jika dikelola oleh sebuah perpustakaan dan peran database tersebut men sustained kinerja perpustakaan. Thanks atas masukannya… ^o^!

  4. saya sudah uji coba dan mengupload tesis, disertasi, skripsi, artikel jurnal dan laporan penelitian IPB dalam jumlah ribuan record ke Greenstone. benar-benar mudah diupload dan dokumen yang dicari mudah ditemukan. bisa dibuat statistiknya, tidak perlu repot-repot membuat metada, pokoknya enak dan simple. cuma saya menemui kendala ketika akan burning greenstone digilib IPB ke CD. mas Riza tau caranya? thx

  5. Kendalanya apa Bu Rita? saya harap bukan CD/DVD writernya…

    Saya tidak pernah burning data dari greenstone ke CD tapi pernah copy to external HD instead, buat migrasi ke new server, dan tidak ada masalah asal semua data di paste ke …/greenstone/collect/folder name. Greenstone memang punya formatnya sendiri bahkan metada nya sendiri, jadi pasti kan greenstone sudah terinstall di komputer yang akan menggunakan datanya. Kalau ingin membuat alternative bisa di export ke DSpace kok…

  6. Mas riza, apakah GDL (http://digilib.itb.ac.id) dan digilib ITS (http://digilib.its.ac.id) sudah dikategorikan sebagai digital library? karena seperti yg pak Taufik katakan, bahwa senayan, iglo atau free lib itu termasuk otomatisasi perpustakaan. lalu utk greenstone, kalau saya baca dr wikipedia, dia sendiri bukan digital library, hanya tool pendukung utk membuat/menciptakan sebuah digital library.

    Saya juga ingin menanyakan apakah konsep web 2.0 bisa diterapkan ke digital library? jika iya, apa saja yg bisa diterapkan? folksonomy? rss? atau ada fungsi lain yang diterapkan?

    Terima kasih

  7. @prazetyo

    terima kasih atas pertanyaanya.

    seperti yang sudah saya katakan, saya lebih memandang digital library sebagai sebuah institusi dibandingkan hanya software saja karena itu saya mengatakan bahwa GDL yang dikelola ITB atau greenstone yang dikelola Univ. Waikato. adalah sebuah perpustakaan digital karena didalamnya tidak hanya masalah software tetapi juga strategi, kepemimpinan, hingga sumber daya manusia dan lingkungan. Awal bulan ini saya dapat oleh-oleh dari DELOS summer school, kita berjibaku tentang “what is digital library anyway?”, “tangible or intangible?” dan memang pertanyaanya tidak tuntas dijawab, tetapi point yang saya tangkap adalah perpustakaan digital adalah sebuah konsep ruang, (mengacu pada Pomerantz, 2007) yang menggantikan fungsi perpustakaan traditional.

    Web 2.0 sangat bisa sekali diterapkan di dalam digital library, kalau anda ingin referensi, saya sudah merekomendasikan satu, yaitu bukunya Meredith G. Farkas yang bisa anda baca reviewnya di blog ini juga.

    Salam

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s