Does Social Software extend our senses? (Part 2)

Melihat pengaruh dari post-objectivisme dalam media dan bagaimana prosumer (produsen-consumer) menciptakan trans-alur dan pengaburan batas-batas komunikasi dalam pengertiannya yang konvensional, membuat saya berpikiran bahwa mungkin paradigm yang kita gunakan dalam menggunakan web technology sudah saatnya dibalik. Memang kalau kita melihat pertanyaan, apakah social software dapat digunakan untuk memperpanjang, atau tepatnya, memperkaya indera kita? Thus the answer is no, in term of normative context. However, as we attempt to emerge all the potential hidden abilities and social benefits that the technology may embrace in our lives, then, reconsider the other side of paradigm to see how we are going to develop social software may emerge something that we might never think of. Just like any social media technologies these days compare to what we know 5 years ago.

Melanjutkan thread sebelumnya, point kedua yang diajukan oleh Kevin Kelly mengenai web 3.0 adalah responnya terhadap Tim Berners-Lee project ‘Linked Data’.  Sebagaimana kita ketahui, minggu lalu W3C baru saja mengumumkan protocol terbaru terhadap SKOS (Simple Knowledge Organization System). Implikasinya adalah semakin dekatnya visualisasi dari aplikasi bisnis semantic web. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah dengan munculnya aplikasi bisnis dari semantic web menandakan akhir dari web 2.0? saya kira tidak. Kita melihat perkembangan Wolfram Alpha dan bagaimana setiap minggu selalu muncul search engine baru yang mengklaim mempunyai logika string yang lebih baik, lebih ‘semantic’. Well, despite it is true or not.  Yang pasti kita masih belum melihat manfaat riil dari aplikasi-aplikasi tersebut. Menurut saya, web 2.0 akan terus berlanjut sehingga terjadi perpindahan total perilaku penggunaan web. Jadi disini, transisi ke tahap evolusi yang lebih maju ditandai oleh aspek sosiologis dibandingkan aspek teknologinya.

Lalu apa hubungannya antara linked data dengan post-objectivism? Beberapa thread terdahulu saya menyinggung sedikit mengenai seamless communication dan salah satu aplikasinya yaitu fring. Fring hanyalah sebuah sampul dari buku semantic application. Fring hanya mencontohkan kemampuan semantic web dalam mengkoneksikan satu user pada beberapa aplikasi. Potensi sebenarnya lebih dari itu. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Kevin Kelly dan pakar semantic web lainnya. Perkembangan web akan memungkinkan kita berkomunikasi dimana saja, kapan saja, berbiaya murah, dan lebih personal dalam pengertian sang mesin mengerti karakteristik penggunanya. Seamless communication adalah sebuah pengertian tentang media komunikasi tanpa batas materi.

Saat ini kita masih berkomunikasi dengan dibatasi medium apakah yang kita gunakan. Pendapat McLuhan tentang medium adalah pesan komunikasi itu sendiri masih kita pegang teguh. Paradigma ini menyebabkan kita terbatas oleh format media itu sendiri. Terlebih dengan konglomerasi media yang menyebabkan identitas kita dalam mengakses media adalah sumber pendapatan terbesar yang terus mereka putar ulang dengan kemasan yang semakin menarik. Cluster yang diterapkan oleh Google, Yahoo, atau kerajaan media lainnya berusaha memilah-milah kita, para pengguna sekaligus pembaca. Ekosistem informasi mereka menyebabkan para pembaca-pengguna (reader-user) dikunci sedemikian rupa sehingga kita hanya diharapkan berputar-putar saja dalam system yang mereka sudah siapkan. Pola ini menyebabkan kemudahan disatu pihak tetapi dilain pihak menyebabkan keterpurukan perilaku mengakses informasi yang sedikit banyak diragukan oleh Jakobowitz sebagai sebuah jurnalisme yang objektif.

Kalau kita sudah terkukung seperti itu, masih kita menganggap bahwa kita melek informasi (information literate)? Sebagaimana tubuh kita mengolah indera kita menjadi sensitive terhadap lingkungan berdasarkan fungsinya, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk rasa and so on. Seharusnya teknologi web juga begitu. Jika apa yang dimaksudkan oleh Kelly bahwa pada awal perkembangannya kita menggunakan teknologi web sebagai perpanjangan tangan dari indera kita. Mesin masih berfungsi menggantikan mata kita untuk memeriksa ribuan nama dokumen, sebagai mulut kita untuk memberitahukan pesan pada teman di luar negeri, atau untuk mendengar bagaimanakah cuaca hari ini. Lalu pada perkembangan teknologi selanjutnya pola tersebut berbalik.

Berlanjut…

Iklan

Does Social Software extend our senses? (Part 1)

Salam Damai,

Judul diatas terlintas dibenak saya sehabis menyimak diskusi dari Kevin Kelly tentang Web 3.0 di youtube. Sebelumnya dibenak saya dan saya pikir juga berada di pemikiran para pengamat dunia maya, kita sepaham bahwa semantic web dapat disebut sebagai evolusi selanjutnya dari perkembangan teknologi web (web technology). Kita yakin bahwa sebutan web 1.0, web 2.0 dan saat ini web 3.0 adalah sebuah label atas ruang dan waktu dimana suatu teknologi sempat mewarnai dan mendominasi aplikasi dari teknologi di dunia maya. Perlu diingat sekali lagi web bukan internet.  Kuliah dari Kevin Kelly sedikit banyak menggilitik benak saya. Buat yang belum menyimak, dapat menyaksikannya di youtube dengan keywords “Kevin Kelly, web 3.0”.

Saya ingin menekankan dua hal dari apa yang dikatakan Kevin Kelly tentang Web 3.0, dana pandangan saya sendiri tentang masa depan web dengan mengkhususkan pada perkembangan dari social software. Point yang pertama; menyoroti bagaimana dunia maya berkembang dan peran serta dari worldwide web (W3) sebagi katalis terbesarnya. Sangat menarik bahwa Kevin Kelly memulainya dengan sebuah pertanyaan spekulatif menurut saya, “kita sudah merasakan perkembangan teknologi web  selama 5000 hari terakhir, nah, bagaimana perkembangan web 5000 hari selanjutnya?”. Siapakah diantara anda yang bisa menjawabnya? Kalau anda bisa, silahkan buat postingan atau upload video anda ke youtube sebagai video response, saya yakin nama anda akan seketika terkenal.  Indeed, menurut saya sekalipun anda seorang cenayang, anda tidak akan bisa menjawabnya.

Yang ingin saya pinpoint dalam pertanyaan tersebut adalah implikasi semantiknya, pertanyaan itu seperti mempertanyakan “How is the context, as a variable, will impact the development of web?” jika kita meyakini bahwa definition dari context adalah signifikansi materi yang melingkupi teknologi web. Maka kita bisa melihat benang merah yang menjulurkan proyeksi atas perkembangan web. Kevin Kelly menandai di dalam kuliahnya dengan memberikan beberapa gambaran, lebih mirip dugaan menurut saya, dari perkembangan web. Yang pertama, ia memberikan contoh bagaimana perkembangan SNS (social networking sites) has defines aktivitas baru dari manusia. Ketergantungan pada internet adalah contoh lainnya. Kelly menggilitik kesadaran kita dengan mengingatkan bahwa 5 tahun yang lalu, aktvitas tersebut tidak se-candu saat ini.

Kelly kemudian mengajukan postulat bahwa “humans have becomes the extended senses for machine, we used to vice versa”. Yang dia maksud sebagai mesin disini adalah web sebagai suatu kesatuan fungsi pikir dimana, layar-layar kaca dan perkembangan augmented technology telah mencipakan suatu mesin web yang satu dengan banyak jendela. Beberapa isu yang kemudian harus diperhatikan, dan memang dibahas didalam diskusi tersebut adalah; masalah kepemilikan (propertiary) di dalam web. Isu ini sudah dimulai sejak web berdiri tetapi pada kedepannya, Kelly menegaskan tentang masalah ini. Kelly memberikan contoh bagaimana makin banyak barang gratis di internet secara paradox juga mendorong makin banyaknya produsen memproduksi barang yang tidak bisa diduplikasikan, dalam istilah dia “uncopyable”. Masalah lain yaitu mengenai keberadaan database central dari seluruh informasi di web. Jika mesin menjadi satu maka hal yang selanjutnya bisa mendukung eksistensi dari sang mesin adalah keberadaan database yang terfokus.

Mengenai isu yang kedua, saya membayangkan terintegrasinya database menjadi sebuah entity yang terpisah dari web tetapi keberadaanya tidak bisa dilepaskan dari web itu sendiri. Seperti dua mata uang dari koin yang sama. Dalam benak saya bisa saja protocol untuk database berdiri sendiri seperti http://wwd/ misalnya. Tetapi saya bukan programmer, jadi ini hanya sebatas wacana saja. Dua isu tersebut saya korelasikan dengan premis bahwa manusia, para pengguna web, adalah kepanjangan tangan dari indera sang mesin. Kemudian termuncul dibenak saya sebuah pertanyaan, does social software extend our senses?

Berlanjut…

Aspirasi itu akhirnya dihapus

say-no1

Salam Damai,

 

Akhrinya setelah mengamati perkembangan page Say No to Megawati di facebook selama hampir 4 hari ini, akhirnya saya terpaksa mengakhirinya. Pengamatan dan keikutsertaan ini harus berakhir karena halaman tersebut sepertinya sudah di hapus oleh admin facebook. Saya sebenarnya menyayangkan hal ini karena menurut saya despite apapun ekspresi yang ada di dalamnya fenomena ini adalah bukti dari efek Groundswell pada masyarakat Indonesia. Jika kita merujuk pada definisi oleh Bernoff & Li (2008) yang menekankan pada fenomena social media dimana para pengguna (user) tidak lagi tergantung pada mainstream untuk menentukan pilihan informasi yang dikehendakinya. Groundswell ibarat ombak di lautan yang tidak akan habis-habisnya karena ombak tersebut adalah lautan itu sendiri. Dan halaman say no to Megawati ini adalah bukti bahwa groundswell Indonesia mempunyai keinginannya sendiri despite berapa banyak pendukungnya.

 

Terakhir saya posting di posisi 95 ribuan suporter (6/04) kalo dibuka sampai pagi mungkin nyampe 100 ribu (postingan pertama saya di halaman itu di posisi 7 ribuan). Jumlah yang sangat fantastis untuk sebuah halaman yang hanya berusia dua minggu. Kalo di pasangin iklan google ads, yang punya halaman udah dapet USD 1000 tuh, lumayan buat bayar denda kalo ketangkep:))). Tetapi selagi hangat-hangatnya, maka saya menuliskan thread ini sebagai sebuah dokumentasi yang saya kira layak diperhitungkan buat pemilu selanjutnya atau pilkada2 kedepannya.  Saya menyayangkan dihapusnya halaman ini karena ini membuktikan beberapa orang tidak tahan kritik. Kalo tidak tahan kritik mbok ya jangan jadi pemimpin, kayak saya saja jadi dosen atau peneliti itupun masih dikritik juga ama mahasiswa.

Tentang web 4.0

Salam Tahun Baru!

Jika kita membaca karakteristik dari web 4.0 yang saya posting pada artikel sebelumnya, kita masih melihat kerancuan pada penggunaan semantic technology pada web content. Jika kita mengasumsikan bahwa web 3.0 adalah tentang semantic capability, content-content yang sudah sepenuhnya mempunyai kemampuan untuk diassosiasikan berdasarkan konteks maka apa yang dijabarkan kedua pakar tersebut hanya lah pengembangan dari web 3.0 atau bisa dibilang web 3.0 versi 2 atau seterusnya. Dalam benak saya, dalam 4-5 tahun kedepan setelah munculnya aplikasi semantik  yang siap pasar maka pengembangan selanjutnya adalah bagaimana membuat aplikasi tersebut mampu berpikir sendiri dalam artian bahwa setiap query adalah sebuah proses untuk menghasilkan feedback bagi yang bertanya, sebuah implementasi artificial intellegence. Saat ini dengan RDF dan SPARQL hanya menyediakan wadah bagi OWL untuk menelusuri content2 yang ada di internet berdasarkan kata per kata, jika sebelumnya sudah dimasukkan input assosiasi dan occurance maka hasil pencarian yang ada akan diperkaya dengan relevansi konteks, tetapi itu adalah kerja yang menurut saya masih masuk kategori serendipity. Ok! berapa banyak konten yang sudah diinput dan ready-RDF? saya yakin tidak lebih dari 20 persen dari total keseluruhan konten yang ada di cyber web. Lalu sejauh ini apa yang dilakukan oleh kita para penggiat informasi dan jutaan pengguna internet lainnya berhubungan dengan kurangnya informasi yang bisa di “semantik” kan? kita menggantinya dengan informasi yang kita buat sendiri, jadi ada duplikasi informasi, contohnya dalam mencari informasi mengenai buku berdasarkan metadata (katalog) pada perpustakaan digital, kita bisa merujuk pada katalog OCLC tetapi bagaimana jika OCLC tidak menginput assosiasi and occurance, maka aplikasi semantik tidak ada bedanya dengan page rank-nya google sekarang. Kasusnya akan menjadi lain jika OCLC menginput assossiasi and occurance dari setiap object, tetapi itu berarti kerja untuk menginput sekitar ratusan juta judul buku, kerja yang melelahkan apalagi jika menyangkut kualitas kerja, salah input maka tidak akan muncul sebagai hasil pencarian. Itu hanya contoh disatu lembaga, bagaimana dengan keseluruhan konten di cyber web, karakteristik web 4.0 di bawah rupanya ingin mengakomodasi problem ini, karena itu mereka bicara, bahwa butuh kesediaan (willingness) dari pengguna internet untuk menjelaskan setiap konten yang mereka masukkan ke dalam internet, yeahh… right… hello… itu adalah impossible, mengasumsikan setiap orang untuk berpartisipasi kecuali bumi sudah dikuasai oleh satu ideologi dan semua orang setuju.

 

Bagaimana dengan perkembangan recommender system, seperti amazon, ebay dst? well, yeahh, itu menarik… dan cukup membantu, tetapi jika kita melihat prinsip logika probabilitas yang digunakan, saya masih mengasumsikan itu juga tidak lebih dari serendipity, karena itu mereka kasih tulisan, “mereka yang membeli…. juga membeli ….”, ini adalah ekspresi dugaan. Kayaknya kok skeptic sekali ya? tidak, saya hanya mengkritisi karakteristik yang diajukan di artikel sebelumnya,  mengenai web 4.0 saya malah sangat optimistic. Imajinasi saya adalah ketika OS sudah dijalankan via internet jadi tidak lagi beli CD lalu install atau OS di setiap PC, imajinasi saya membayangkan google sudah menjual OS nya sendiri (hint: ini mungkin bukan imajinasi, liat contoh Android) maka kemampuan searching dari setiap pc sudah langsung terinstall dengan search engine di internet (ada kemungkinan yahoo, dan microsoft mungkin berbuat serupa) jadi setiap kali anda bertanya atau memasukkan kata di kotak kecil di ujung layar anda, maka hasilnya tidak hanya yang ada di PC anda tetapi juga yang ada di cyber web, lengkap dengan UGI yang interaktif (facebook mungkin menjual versi advanced-nya). Eiittt… tidak cukup hanya disitu, itu hanya memunculkan keunggulan web 3.0 (“the web is you!” jargon), pada web 4.0, laptop anda akan bertanya lebih lanjut, “apakah informasinya memuaskan?” jika anda melakukan pencarian, atau bahkan jika kita tidak bertanya, laptop kita akan otomatis memberi informasi yang di duga akan menarik perhatian kita, seperti, tiket nonton film atau hadiah ulang tahun buat anak kita. Kalau begitu web 4.0 mengasumsikan semua komputer terhubung dengan internet dong? ya iyalah, masa ya iya donkkk… tapi bagaimana dengan daerah yang belum terhubung dengan internet, ya kalau begitu mereka ya tidak bisa menikmati web 4.0, gitu aja kok repot, seperti komputer di Pemda Lampung yang masih pake windows 95 (knock..knock.. dunkk…!!)

 

segitu imajinasi saya tentang web 4.0..

 

Riza

Google to launch Friend Connect for the social Web

Ini adalah kutipan dari blog Dan Farber di cnet news.com (10/05/08), seperti yang sudah saya katakan dalam posting saya tentang opensocial bahwa goggle akan memprakarsai global trans-API maka dengan di launch nya Friend Connect langkah tersebut semakin dekat untuk terealisasi. Saat saya menulis post ini facebook dan myspace sudah memulai trans-API tersebut, facebook dengan ‘facebook connect’ dan myspace dengan ‘data avalaibility’ nya. Anyway, enjoy!

————————————————————————————–

Google is expected to join the social network data portability crowd with “Friend Connect” on Monday. TechCrunch speculates that Friend Connect will be a set of “APIs for Open Social participants to pull profile information from social networks into third party websites.”

Google will join Facebook and MySpace, which launched ways to port user data to partner sites this week. Facebook Connect will provide the hooks to let users port their friends, profile photos, events, and other data across the Web to partner sites. MySpace on Thursday announced Data Availability, with Yahoo, eBay, Photobucket, and Twitter as initial partners for its effort to let members port their data.

Yahoo is partnering with the leading social networks so its users can take advantage of the freeing of user data, and it will also be crafting its own social network and APIs as part of its forthcoming Yahoo Open Strategy.

TechCrunch’s Mike Arrington reasons:

The reason these companies are are rushing to get products out the door is because whoever is a player in this space is likely to control user data over the long run. If users don’t have to put profile and friend information into multiple sites, they will gravitate towards one site that they identify with, and then allow other sites to access that data. The desire to own user identities over the long run is also causing the big Internet companies, in my opinion, to rush to become OpenID issuers (but not relying parties).

With 70 million users, more than 20,000 Facebook applications, and about 350,000 developers, Facebook has a major scale advantage over Google’s Orkut. MySpace has the advantage of an even larger user base, but lags Facebook on the developer and application fronts.

However, Google has been taking a more open and distributed approach with its OpenSocial API, which allows compliant applications to work across any social network. By extension, Friend Connect would provide glue to allow any site to add a social dimension and build connections to other social networks.

I spoke with David Glazer, Google director of engineering, in March about injecting the social graph and data portability into the core fabric of the Web. He said the big challenge isn’t the technology but applying existing and emerging standards, such as OATH (secure API authentication), OpenID (identity management) and OpenSocial APIs (application integration).

The key for all the data portability efforts (check out the DataPortability Project) is that users have granular controls to manage their data and to maintain privacy and security. Facebook and MySpace have not fully disclosed how their privacy controls will work yet. Stay tuned for more details on Google’s Friend Connect and the next chapter of “The Making of the Social Web.”

 

The Age of Grid, Topic Map, and blocking youtube

Salam,

Kemarin, CERN (singkatan aslinya dalam french, dalam english European Center for Nuclear Research) yaitu lembaga riset eropa berpusat di Geneva yang melahirkan world wide web (WWW), baru saja mengumumkan perkembangan generasi baru, in my sense, dari teknologi web yang mereka sebut sebagai The Grid. The Grid diproyeksikan akan mempunyai kecepatan 10.000 kali lebih cepat dari teknologi web yang kita miliki sekarang. Kapasitas 27 km superkonduktor LHC yang dimiliki The Grid mampu mengalirkan data hingga hampir 1 Tb (terabyte) per detik serta mengolah informasi yang sama kapasitasnya dengan 56 juta keping CD, sekedar gambaran kalau kita susun satu per satu CD tersebut maka akan selesai sekitar 60 km kemudian, itu sama saja dengan menyusun CD tersebut dari Tugu Gajah Bandar Lampung hingga Kalianda, Lampung Selatan!

Dalam simulasi yang mereka contohkan, pengguna The Grid bisa mengirimkan 1 koleksi lengkap album Rolling Stone dari geneva ke tokyo dalam waktu 2 detik, atau 5 detik bagi 1 film HD DVD. Selain itu, studi kasus yang telah mereka laksanakan juga telah membantu dunia kedokteran menganalisa korelasi kompleks 140 juta sampel malaria, penyakit yang membunuh 1 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Suatu analisa yang baru akan selesai 420 tahun lagi jika para ahli menggunakan teknologi web konvensional.

David Burton, Profesor fisika dari Univ. of Glasgow, kepala peneliti The Grid mengatakan bahwa teknologi ini juga memungkinkan kita berkomunikasi dalam cara yang tidak bisa dibayangkan oleh generasi yang lahir sebelum 1980 (generasi X, baby boomers dsb.)–Kalau menurut saya sih, mungkin teknologi ini tidak bisa dibayangkan oleh mereka yang belum pernah nonton Star Wars–Nevertheless, Burton memberikan gambaran kemungkinan dari teknologi ini antaranya; percakapan hologram 3D, kalau anda pernah nonton film Star Wars anda pasti inget waktu Luke Skywalker pertama kali liat hologram Princess Layla yang disimpan di memorinya R2D2, sekarang fiksi itu bisa menjadi kenyataan. Imajinasi saya membayangkan di masa depan kita benar-benar bisa berkomunikasi dengan orang lain dalam komposisi tubuh yang nyata tidak menggunakan layar lagi. Sebenarnya hologram sudah bisa dipakai saat ini, tetapi karena membutuhkan energi dan prosesor komersial saat ini dalam jumlah yang besar, sehingga harganya sangat mahal sehingga tidak banyak yang menggunakannnya.

Anda ingat bagaimana Tom Cruise berperang melawan teknologi di Minority Report, yakk! seperti itulah masa depan social network. Anda-anda blogger akan menjadi agen-agen dari komputer catatan sipil pemerintah dalam mendata profile, aktivitas bahkan mimpi warganya tadi malam. Kenapa, karena anda seperti saya! kita sama-sama suka menuliskan apa yang kita pikirkan, apa yang kita lakukan, sharing foto dan video tentang kita dan siapa-siapa kita berhubungan atau yang menarik perhatian kita. Kalau anda senang ketemu teman lama anda di facebook atau friendster seperti saya, tahan dulu, karena yang lebih senang yaitu CIA dan badan-badan intelijen negara, mereka punya lebih banyak data tentang anda daripada cuma formulir KTP.

Nah, kalau saya bicara seperti ini kok jadinya seram sekali ya, dimana privasi kita sebagai manusia? ini melanggar HAM ini! begini, saya tidak berbicara mengenai baik atau buruk mengenai sesuatu kecuali itu ada ekspresi atau perilaku. Teknologi sama seperti semua esensi di dunia materi ini adalah murni pada Idea-nya. Jadi itu tergantung manusianya, saya sih gak masalah kalau tulisan atau data situs pertemanan saya diakses badan intelijen, selama itu tidak mengganggu aktifitas saya sebagai manusia. Ignorance..?? well, probably… Tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi The Grid ini bagi kesejahteraan kita sendiri. Saya membayangkan memberikan kuliah bagi mahasiswa2 di Bangkok tentang digital media misalnya, dengan bentuk hologram utuh tubuh saya, pada saat yang bersamaan mahasiswa2 saya di Unila mendapat materi yang sama, jadi mahasiswa2 di Indonesia tidak akan kalah dengan mahasiswa2 negara lainnya, US sekalipun. Ataupun, ada mahasiswa konsultasi skripsi tentang sesuatu yang saya tidak mengerti tetapi saya tahu kolega saya di Adelaide, Australia yang mengerti tentang topic itu, kolega saya bisa virtual mentoring bersama saya. Bayangkan kemungkinan lainnya! masih banyak lagi!

Dan bagi anda yang baru mempelajari web 2.0 dan ingin buat social networking site (SNS) lebih baik lupakan saja, mulailah berpikir web 4.0! konstelasi semantic web berbasis AI. Karena dalam 2 tahun kedepan sudah akan ada generasi baru dari web dengan platform yang akan mengarah pada penggunaan The Grid. Isu internal di facebook mengatakan bahwa mereka sudah bergerak ke arah itu, langkah yang sama di ikuti oleh Google yang hari ini telah memperkenalkan Google App Engine nya bagi 1000 developer, langkah awal bagi Google untuk mewujudkan mimpi OpenSocial pertengahan tahun ini…

Hari ini saya dapat oleh-oleh dari teman yang ikut Konferensi Topic Map (Jangan tanya apa itu Topic Map, butuh 2 semester buat ngejelasinnya aja!) di Oslo minggu lalu, banyak hal yang menarik salah satunya ada profesor dari harvard yang ngaku setengah gila dan tidak suka pada Dewey Decimal, what the…!! itulah orang2 dari harvard, mereka ngaku setengah gila dan ngomong tidak suka Dewey Decimal dan semua orang rela bayar buat dengerin dia, atau Henry Jenkins (dia tidak gila) dari MIT, dia ngomong participatory culture dalam convergence media seolah-oleh itu barang baru, eh sekarang semua ahli digital media ngikut pake istilah participatory, coba kalau dosen komunikasi dari Unila yang ngomong, bisa2 dimasukkin RSJ dia, karena dianggap benar2 gila! Dunia akademisi internasional tidak semurni yang saya kira sewaktu masih mahasiswa, penuh ideologi, pertarungan sejarah, dan politik ekonomi yang kental.

Terakhir, banyak bloggers yang minta dikirimin film fitna oleh saya, jawaban saya sekali lagi, saya mengikuti anjuran pemerintah Indonesia untuk tidak menyebarluaskan film ini, by any means, titik. Tidak ada gunanya bahas film ini lagi, itu gosip minggu lalu, lupakan saja, anggap gak ada. Gak ada bedanya kok ama sinetron2 yang ada hantu nya, atau film2 horor, semuanya mitos yang cuma eksis di kepala anda. Mengenai di block nya youtube, myspace, rapidshare, etc. dari indonesia menurut yang saya baca di detik.com hanya akan berlangsung 10 hari. Kalau saya sih masih mengakses semua situs tersebut dari tempat saya.

Fitna Movie ditutup di liveleak.com

Salam,

Video kontroversi Fitna sudah ditutup access nya di liveleak.com sekitar 1 jam yang lalu sejak saat saya menulis blog ini, dalam rilisnya ke AFP langkah ini akan diikuti oleh semua british ISP. Menurut saya, ini langkah yang menarik untuk dikaji terutama jika kita berbicara etika media, disiplines and punish dalam cyberculture, bagaimana Betham’s Phanopthicon model bekerja secara otomatis, despite aksi dan reaksi yang melingkupi issue tersebut. Saya punya tebakan, apa persamaannya Fitna dan Ayat-ayat Cinta?? ……….. jawabannya, kedua-duanya sama-sama telah ditonton oleh lebih dari 3 juta viewer, hanya saja AAC ditonton 3 juta orang hanya di Indonesia saja sedangkan fitna ditonton 3 juta orang di seluruh dunia, hanya saja nya lagi, AAC butuh waktu kurang lebih 30 hari buat ngumpulin angka segitu sedangkan fitna hanya butuh 30 jam (mmm… the power of social web….). Disini anda bisa lihat juga bagaimana manusia lebih senang mendengarkan hal-hal yang buruk (termasuk saya kayaknya….) daripada hal-hal yang baik. Sama seperti idiom berita, ‘berita yang buruk adalah berita yang baik’, Bad News is Good News, somehow I see the pointed….

Riza

Fitna’ Movie: Pathetic Framing From A GAY Socialpsychophat (here’s the link!)

Salam,
As you all know, so to speak, kemarin (27/03/08), sebuah film baru saja di rilis di Belanda oleh salah seorang anggota dprd utrecht bernama Geert Wilders. Hanya 12 jam dari rilisnya, lebih dari 1,2  juta orang telah menyaksikannya dan saya yakin, pada saat saya menulis di blog ini, anda di indonesia pasti juga telah mendengar tentang hal ini atau bahkan menyaksikannya. Rilis di liveleak.com tidak memperkenankan viewer untuk memberikan comment yang saya yakin banyak pro dan kontranya, nevertheless saya menulis di blog pribadi ini. Pendapat saya tidak untuk menghujat atau memaki-maki atau mengecam atau bahkan mengancam yang sudah banyak di lakukan blog milik orang muslim lainnya. Tapi saya ingin menanggapinya dengan cara yang cerdas, saya juga mengajak anda tidak termakan hasutan wilders di akhir film, dan anda juga harus menanggapinya dengan cerdas. Hati saya sebenarnya berteriak, tetapi kepala harus tetap dingin, Allah SWT mendengar doa orang-orang yang di dzhalimi.

Film berdurasi sekitar 16 menit ini, dalam perspective berdasarkan pengetahuan saya di bidang semiotika dan studi komunikasi, sangat dikotak-kotakkan sekali. Pertama, wilders berbicara dalam waawancaranya dengan AFP bahwa dia tidak membenci muslim tetapi dia membenci ideology nya yang dalam term nya “Islamisation”. Menurut saya, wilders adalah seorang pembohong besar, dalam film jelas sekali tidak ada idea yang dipertontonkan sebagai justifikasi dari ideology “Islamisation”, instead dia menunjukkan potongan-potongan klip, berita, kata-kata dari Al-Quran yang kesemuanya lepas dari context dimana kesemua texts itu berada. Dia menunjukkan foto2 orang berdemonstrasi yang saya yakin beberapa diantaranya adalah rekayasa karena ada sebuah gambar yang sepertinya dipegang oleh seorang american dan seorang pastur. Wilders memutar balikkan fakta dan logika dengan memberikan kesan seolah-oleh yang terjadi di daerah perang di timur tengah adalah apa yang akan terjadi di Belanda, fallacy of misplace concreteness! 

Kedua, dia mengkondisikan lewat permainan montage, opini bahwa seolah-oleh Islam adalah satu-satunya agama yang membenci homoseksualitas, dia tidak menyajikan full cover story (atau sengaja melakukannya) dan fakta bahwa semua agama di dunia membenci homoseksualitas, insting semiotic saya mengatakan bahwa wilders adalah seorang gay atau punya banyak teman yang gay, dan memang Belanda adalah negara pertama di dunia yang melegalkan perkawinan gay tetapi kenyataannya gayisme bukan isu sentral dalam politik Belanda, saat ini saya punya temen satu project team dari Belanda, dia yang bilang ini ke saya sewaktu kami berdiskusi tentang film ini, dan dia adalah seorang katolik. Ini mengherankan saya, karena saya bisa memahami motives wilders untuk menentang terorisme atau invasi muslim ke dalam kehidupan kenegaraan di Belanda karena dia seorang anggota representative yang mungkin salah satu musuh politik nya beragama islam atau dia punya massa pendukung yang punya masalah dengan orang-orang yang beragama islam tetapi GAY?! Carl Gustav Jung berkata tentang konsep seorang anak laki-laki yang meng-absorb his mother-image, “typical effects on the son are homosexuality and Don Juanism” (Four Archetype, 2003:19-20). Jika wilders tidak memilih Don Juanism, maka dia cenderung untuk memilih homoseksualitas, ini juga menjelaskan beberapa scences eksekusi perempuan bahkan potongan kepala seorang muslimah sesudah eksekusi, dia tidak membunuh para muslimah atau tends untuk membuat horor para perempuan yang menyaksikannya, dia membunuh his own mother-image sebagaimana semua gay melakukannya!! dan karena pemilihan gambar yang ekstrem, saya mencurigainya sebagai seorang socialpsychopat, I mean look at him!! (anda bisa lihat fotonya di link berita AFP yang ada di bawah) saya yakin dia juga seorang masochist.

Terakhir, kita saat ini hidup di dunia dimana media issue selalu berlalu dengan cepatnya, apa anda pernah menonton film ’15 minuetes’ atau mendengar teori bahwa saat ini seorang individu hanya punya waktu 15 menit untuk menjadi pusat perhatian media, setelah itu wuzzz…. media akan beralih pada isu lain, nah kira-kira itulah yang akan terjadi pada film ini. Okay! mungkin tidak 15 menit, karena 24 jam setelah film ini rilis viewers nya nambah banyak, atau seperti Ayat-ayat Cinta yang hingga tulisan ini dibuat orang masih rela ngantri buat nontonnya, mungkin lebih lama, but my point is film ini akan terkubur bersama waktu jika orang tidak lagi memperdulikannya, ingat konsep spiral of silence pada teori informasi, yah kira-kira seperti itulah. Jika tidak ada yang mau men-feedback atau meng-anti thesis isu ini, film ini akan dilupakan orang, sama seperti kontroversi karikatur nabi di koran denmark 2 tahun yang lalu. Okay!! mungkin tidak semuanya, tapi paling tidak unsignificant lagi. Tetapi sebaliknya, jika anda mulai marah-marah dan mikir “Kita tidak boleh diam, dia menghina Tuhan kita!! Kita harus bergerak!!” tolong mikir lagi, karena bagi saya Allah SWT adalah tidak ternoda Dia suci dalam dirinya sendiri dan tidak oleh kita dan tak satupun makhluk di bumi yang lebih baik di mata Nya kecuali amalannya (silahkan mikir hubungannya…), tapi ini hanya menurut saya.

Sedikit tambahan buat terakhir, jika anda tidak tahu karakter european people maka sebaiknya jangan marah-marah dulu. European people terutama di bagian daratan benua, (lander they says…) suka sekali membuat comment(s), mereka suka mengomentari apapun mulai dari harga garam sampai cuaca (favorit mereka!) jadi anda juga harus melihat film ini dalam perspektif mereka, supaya imbang maksudnya. Sewaktu saya dan temen-temen nonton ini, beberapa dari mereka ketawa-tawa, “…and expecting us to believe this crap, we better watch something else, something more useful…” some of them said to me. Dan buat saya, silahkan anda baca beritanya, nonton filmnya, dan jangan lupa tinggalkan comment di blog ini tapi setelah itu, silahkan teruskan tidur anda, atau lanjutkan games PS3 anda, lupakanlah film ini!! Besok baca koran lagi, lanjutkan hidup anda lagi, sebagaimana yang ada di film ini sendiri, “Ada saatnya Kita akan menguasai Dunia ini!” so tunggu saja tanggal mainnya… 

Riza 

PS: If you interest, here are the links (I intentionally not to put it directly): 
http://www.liveleak.com/view?i=7d9_1206624103 
http://afp.google.com/article/ALeqM5jC8xo84Wf29DJEaEQgX3fwGX3hVg

Yahoo has joined OpenSocial!

Salam,

Yahoo Corp. baru saja mengumumkan keikutsertaannya pada komunitas OpenSocial yang digagas Google pagi ini. Bagi saya ini merupakan langkah bersejarah dalam evolusi social web, saya jadi teringat Google Campfire yang videonya di publish di youtube (dan saya sertakan di blog ini juga) bagaimana para entretainer social web tengah memprediksikan masa depan dari social web dan saya tidak sabar untuk melihat perkembangan apalagi yang akan dibawa komunitas ini, selamat datang di masa depan!