Tentang Social Software and Knowledge Sharing

Berikut adalah artikel berdasarkan international group project yang terdiri dari saya sendiri (Indonesia), Fathimath Shiham (Maldives), Federica Marangio (Italy), Karl S. Eggarter (Austria), Shirin Zwarthoed (Netherlands) untuk bidang Information and Knowledge Management (IKM) di Tallinn University, Spring 2008. Artikel ini tidak mempunyai signifikansi yang begitu kuat tetapi memberikan temuan yang berharga tentang hubungan antara self-efficacy dan pengembangan dari social software. Saya akan tampilkan abstract-nya saja untuk artikel lengkap silahkan di download. Enjoy!

————————————————————————————–

Understanding the relationship of Social Software and Knowledge Sharing;

An Auspicious state of affairs for Academic Libraries

Abstract:

Purpose: This paper’s aim is to give a short overview of the present developments and ideas concerning knowledge sharing in social software and the prospects as well as the opportunties it entails for academic libraries. Hence in general, this paper also, as one of many information studies, attempt to provide information for students or researchers who are studying implementation of social software in libraries.

Design/Methodology/Approach: This paper presents a review based on literatures findings including definitions of social software and knowledge sharing also instances of implementation of social software in academic libraries.

Findings: Self-efficacy, as ability, together with ties and capabilities in human network can be seen as factors that motivate people to sharing their knowledge. Social software is a web technology which mediated people to share their knowledge hence building online identities. Thus relation between social software and knowledge sharing is clear. By having motivation factors people are more eager to enhance their knowledge by sharing each other through social software nevertheless social software create desire for people to be more motivate in terms of knowledge sharing. Academic libraries are one of many institutions which can take advantages from this process.

Originality/value: The study reveals relationship between social software and what motivated people to share their knowledge through this advance of web technology. Its highlights some efforts from academic libraries to implement social software thus being more connect to their users.

Keyword: Social software, Knowledge sharing, Academic library

Paper Type: Literature review

Selanjutnya…

Artikel Social Software and Knowledge

Iklan

Penceritaan kembali: Social Software in Libraries (Meredith G. Farkas)

”We know more than we can say

We say more than we can write”

–Michael Koenig, spring in Tallinn 2008

Mempelajari pengetahuan tidak berarti apa-apa jika kita tidak mengekpresikan apa yang kita ketahui ke dalam kata-kata. Dalam diskusi kita mengenal diri kita lebih baik tetapi dalam tulisanlah kita mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Tidak semua orang adalah pujangga akan tetapi semua orang adalah pencerita yang baik, dan menulis adalah tidak lain dari cara lain untuk bercerita. However, saya bukan pujangga tapi saya kira saya bisa jadi pencerita yang baik. Karena itu, saya akan berusaha menceritakan kembali apa-apa yang sudah saya ketahui dan baca. Penceritaan kembali, saya lebih suka menyebutnya begitu, karena mungkin apa yang saya tulis terlalu informal untuk dikatakan resensi atau kurang intelek untuk menjadi sebuah review.

Saya bukan berasal dari pustakawan, tetapi mempelajari ilmu kepustakawanan saat ini tidak ada bedanya dengan mempelajari teknik informasi atau ilmu informasi karena pada akar ilmunya memang tidak jauh berbeda. Saat ini, pustakawan harus peka terhadap teknologi internet khususnya web technology, tanpa dukungan teknologi tersebut pustakawan akan semakin ditinggalkan para penggunanya karena para pengguna tersebut sudah lebih dahulu mengadaptasi perkembangan yang ada. Untuk itu, saya merekomendasi buku dari Meredith Farkas ini kepada anda. Sangat berguna bagi perpustakaan-perpustakaan yang berusah menerapkan teknologi library 2.0.

Mengutip Tom Coates, Farkas mendefinisikan sosial software sebagai software yang mendukung, memperluas atau menghasilkan suatu nilai tambah dari perilaku sosial manusia melalui fitur-fitur seperti papan pesan, pesan singkat, aplikasi untuk berbagi selera musik, foto, miling lists, jejaring sosial. Social software mempunyai karakteristik setidaknya dua dari tiga point berikut ini:

a. Aplikasi tersebut mempersilahkan orang untuk saling berkomunikasi, berkolaborasi, dan membangun komunitas online.

b. Aplikasi tersebut dapat disindikasi atau memfasilitasi sindikasi, diperbagikan, digunakan kembali, atau digabungkan.

c. Aplikasi tersebut memudahkan orang untuk belajar dan menekankan pada perilaku atau pengetahuan dari yang lainnya.

Lebih lanjut Farkas memaparkan manfaat blogging bagi kepustakawanan saat ini dan kedepannya serta tips-tips menerapkan blog yang baik bagi perpustakaan. Selain blog, fitur-fitur web 2.0 lain yang dipaparkan Farkas antara lain RSS, wikis, online communities, social networking, social bookmarking and collaborative filtering, podcast, vodcast, hingga gaming. Keunggulan dari buku ini menurut saya terletak pada contoh-contoh yang diberikan Farkas, pembaca disajikan sejumlah referensi situs sehingga mengerti bagaimana tampilan sesungguhnya dari pemanfaatan teknologi ini. Jika anda menganggap buku ini adalah buku teknik seperti buku-buku pemrograman anda dipastikan keliru karena tidak ada penjelasan teknik atau uraian bahasa pemrograman sama sekali di dalam buku ini. Farkas mempunyai latar belakang sebagai pustakawan karena itu buku ini mempunyai perspektif pustakawan dalam penulisannya.

Mari kita memfokuskan pada pemanfaatan situs jejaring social bagi perpustakaan. Farkas berpendapat bahwa seseorang menggunakan situs jejaring social untuk menampilkan identitas dan jaringan sosial yang mereka miliki dan membangun hubungan yang baru berdasarkan hal tersebut. Farkas merunut proposisi nya tersebut kembali ke pertengahan tahun 60-an ketika Stanley Milgram bereksperimen untuk menentukan struktur dari jejaring sosial manusia. Farkas kemudian membagi tipe situs jejaring sosial menjadi 4 yaitu; social networking untuk generasi X (mereka yang lahir pasca 1970-an), social networking untuk Millenials (yaitu mereka yang lahir pasca 1990-an), social networking untuk bisnis, dan mobile social networking. Farkas menekankan bahwa pemanfaatan situs jejaring social lebih mengarah pada suatu perilaku yang lebih mengedepankan penciptaan identitas di dalam sebuah komunitas dibandingkan sebuah kolaborasi untuk tujuan tertentu.

MySpace dan Facebook adalah dua situs jejaring social yang banyak direferensikan oleh Farkas untuk para pustakawan. Tidak hanya untuk menampilkan profil perpustakaan atau dirinya sendiri, Farkas menunjukkan manfaat lain dari situs jejaring social antara lain untuk riset pasar dan membangun komunitas online dengan para pengguna (patrons). Perlu digarisbawahi, bahwa perpustakaan atau pustakawan sendiri tidak cukup hanya menampilkan profil, lebih dari itu, mereka harus berkomitmen untuk terus menerus meng-up date informasi yang ada. Kata kunci dari kesuksesan pemanfaatan situs jejaring social bagi perpustakaan dan atau pustakawan adalah ”keep coming back” (tetap kembali), maksudnya adalah situs jejaring social harus mampu menarik para pengguna untuk terus menerus mengunjungi profil perpustakaan atau pustakawan, membangun hubungan yang baik dan berimbas pada peningkatan performa dari perpustakaan atau pustakawan itu sendiri. Hal ini bisa dicapai dengan mempersilahkan pengguna untuk berkomentar, memberikan masukan, berita, informasi bahkan daftar buku yang selayaknya dikoleksi perpustakaan.

Towards Communication between Digital Library and Its User as Stakeholder—In a Nutshell

Berikut adalah essay saya tentang aspek komunikasi dari performa digital library dengan penggunanya. Mengapa saya menekankan pada aspek komunikasi lebih khusus lagi mengapa developer dari digital library perlu mengetahui siapa kah penggunanya dan bagaimana berkomunikasi dengan mereka adalah karena pada saat ini dan kedepannya perkembangan dari digital library ataupun perpustakaan secara umum sebagaimana yang diungkapkan Pomerantz (2007) lebih banyak ditentukan oleh keinginan pengguna. Pengaruh social software, trans-API, dan interkoneksi yang semakin cepat (the grid) adalah faktor-faktor yang akan menjadi dominan selain makin tingginya kebutuhan akan ruang (space) bagi manusia. Essay ini adalah preliminary study dari teori komunikasi nya secara keseluruhan tetapi di essay ini saya sudah mengajukan dua model yang bisa menjadi rujukan di dalam diskusi computer-mediated communication kedepannya, enjoy!

————————————————————————————-

————————————————————————————-

Ideology in practice always forms rationalizations in human activity including from human interaction with every day technologies. Habermas (1984) called that practice as a rationally motivated binding. This rationality encourages me to take deeper understanding how human mingled themselves with rapidness impact of technology. My interest in human-computer interaction and digital media met their eyes with my study about human resource management in digital library especially when it evolves how digital library as an institution interact, or in wider sense, communicate with their user. It is interesting indeed to quest such curiosity since arrays of web technologies are growing fast and digital library nonetheless taking place as an entity in this stream. Users for digital library must be seen as integral part of institution performance. They are inevitable (Podnar, 2006) as like customers to trading company, tourists for travel agency. Hence, users are no different with other stakeholders; as Freeman (in Ylaranta, 1999) emphasized that without support from stakeholder, an organization would cease to exist.

Internet changing communication between stakeholders (Van der Merwe, 2005) and advances of web technology such as library 2.0 have affects the way library interact with their users (Curran, 2007). In my perspective, the way digital library interacting with their user emerge new conception of how library communicate to their stakeholders in which users is part of them depsite binary of internal and external. This involveness not only put boundary in align between digital library and traditional ones but also have distinguish perfomance of organisational communication in each institution. One among other interesting part in this new concept is it counts mental model of user as factor that affects user behavior thus being projected into their series of action through digital library web interface. Sherman (in Riva, 2001) have discussed models such Reduced Social Cues and Hyperpersonal Communication as nature of computer-mediated communication and factors in cyberpsychology. He pinnings that those models enable researcher to define more accurate and complete personalities and characters of CMC users nevertheless defining who the users are.

Constraints

Indeed there are many things can be discuss and follows in this matters. However, this essay aims to bring clarity only to a small gap in between communication of digital library and its user as stakeholder and try to propose models that appears from the process thus some constraints need to be pins. First, this essay only focuses the discussion on communication aspect of digital library with its users although it also comparing the process with traditional library communication performance. Second, it presumes that policies and programs considerably align same process within each institution. Third, this essay does not attempt to take more deeply into negotiation of meaning and technical consideration which occurs within interface interaction.

For terminologies, I took definition of communication from Cannon (1980) as he defined communication in the context of system as “Transfer of meaningful information from one location (the sender, source, originator, or transmitter) to a second location (the destination or receiver).” Since this essay also counts mental model, I used Doyle and Ford ( in Westbrook, 2006) proposition as “a mental model of a dynamic system is a relatively enduring and accessible, but limited, internal conceptual representation of an external system whose structure maintains the perceived structure of that system,” Other limitations that must be consider are I did not attempt to relates the models that I proposed with implications of hybrid library even though that must be really interesting to bear with. Other thing is this essay required reader understanding of whether communication system or at least whether communication is. This essay is not for beginners.

A Model of Interaction

In Exhibit 1. I proposed characteristics of communication process between library and its user, which based on two things, first, my experienced dealing with both digital and traditional library performance such as searching, browsing, and retrieving, cataloging, and borrowing books. Second ones, I took Pomerantz (2007) conception of seeing digital library as place therefore affects how users as stakeholder accessing the library. In digital library, I found user communication characteristics are;

· Low Presence: user only ‘in touch’ with screen despite interactivity the website might offer.

· Mediated: electronic media as the communication channel plays its role to succeed message from user. There always ‘in between’ and ‘relays’ situation and lack of nonverbal communication.

· Action-Perception-Action: user apt to behave according to perception they gained. They are not react instead they create new action.

· Screen/website: boundary between user and library performance is the user’s screen and digital library website.

Further in comparison with traditional library, I found user communication characteristics are;

· High Presence: user feels the tangibility of library.

· Face-to-face/Direct: communication practices between librarian and the user being enrich with nonverbal capabilities such to express user emotion directly.

· Action-Reaction: more short causality since it has less medium and what user being follows are based on library action.

· Desk: boundary between user and library performance is the front line desk.

From that comparison we could see the line between user and library institution are screen or web interface in digital library and front desk in traditional library. Either institution is emphasis on narrow action of user as tip of iceberg of entire user behavior and characteristics. Particularly in digital library process, model of interaction showed that relation of action and perception of user emerge within user mind therefore it create singular process of communication between user and web interface. That singular conception opens the opportunity to be drawn the process into a model of communication.

A Model of Communication

I develop my conception from Grunig (1992) theory of two-way symmetrical communication among public relation and company stakeholders also Morsing (2006) findings on stakeholder involvement strategy, which proposed the role of sensegiving and sensemaking between company and its stakeholders communication process. They emphasized stakeholder involveness hence build pro-active relations with corporate programs nevertheless also build equal roles in communication between them. Thus, I finally drawn the communication process between digital library and its user as stakeholder in Exhibit 2. I proposes that communication process between user and web interface of digital library whom the user being their stakeholder consist of three interdependendently area, their part and action are;

1. The user-web interface side:

  • In the context of interaction between user and web interface in digital library, user shares their action to limited options of act that the website offered. For instance, when user search or browse from the digital library website, found the information and retrieved it, what user really done was determined by the series of choices whatsoever that the digital library developers has been designed. Even for digital library that have been implemented the concept of web 2.0 such as library blogs, instead of change it, when user give a comment about a digital library policy in that blogs, the user only eligible to give comment about the issue that blogs had.
  • From the web interface, user perceived and gain perceptions of the digital library, this perceptibility build the concept of digital library whom the user interact with. The concept been abstracted into mental model refers to the interaction of user with digital library web interface, nevertheless digital library as a whole.
  • The mental model being projects into user behavior outside user interaction with digital library interface such as promoting the digital library to his/her friends.
  • When the user using the digital library web interface again, the projected behavior will be narrows again to limited of action, so on and so forth.

2. The web interface and server side:

  • Users’ action that’s being recorded as data signal hence being encode and decode in developers server.
  • The possibility for noise disruption will emerge in this area as technical problems.

3. The digital library institution-web interface side:

  • Every data that have been collected from the digital library server is use as digital library developers input of information.
  • This input subsequently taking part in internal management process and can be use as database for policy decision. In this point, users’ action became feedback for developer side.
  • Developer or digital library as institution derives the feedback to become a new or updating policy to the public which are the users.
  • New policy is being codified through documentation and/or converted process therefore it fits the developers’ server protocol and eligibly to publish in digital library web interface, so on and so forth.

Conclusion

The model of interaction and communication between digital library and user as their stakeholder has showed us that there are possibilities to involve user in development of digital library. Web interface is the edge of digital library performance therefore having a better understanding how to develop the web interface will enable digital library institution to perform better service and quality in the future. Though the theoretical and conceptual basis’ for this matter is in developing process since evolves interdisciplinary from other field of science nevertheless this essay can be taken as preliminary study.

The Age of Grid, Topic Map, and blocking youtube

Salam,

Kemarin, CERN (singkatan aslinya dalam french, dalam english European Center for Nuclear Research) yaitu lembaga riset eropa berpusat di Geneva yang melahirkan world wide web (WWW), baru saja mengumumkan perkembangan generasi baru, in my sense, dari teknologi web yang mereka sebut sebagai The Grid. The Grid diproyeksikan akan mempunyai kecepatan 10.000 kali lebih cepat dari teknologi web yang kita miliki sekarang. Kapasitas 27 km superkonduktor LHC yang dimiliki The Grid mampu mengalirkan data hingga hampir 1 Tb (terabyte) per detik serta mengolah informasi yang sama kapasitasnya dengan 56 juta keping CD, sekedar gambaran kalau kita susun satu per satu CD tersebut maka akan selesai sekitar 60 km kemudian, itu sama saja dengan menyusun CD tersebut dari Tugu Gajah Bandar Lampung hingga Kalianda, Lampung Selatan!

Dalam simulasi yang mereka contohkan, pengguna The Grid bisa mengirimkan 1 koleksi lengkap album Rolling Stone dari geneva ke tokyo dalam waktu 2 detik, atau 5 detik bagi 1 film HD DVD. Selain itu, studi kasus yang telah mereka laksanakan juga telah membantu dunia kedokteran menganalisa korelasi kompleks 140 juta sampel malaria, penyakit yang membunuh 1 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Suatu analisa yang baru akan selesai 420 tahun lagi jika para ahli menggunakan teknologi web konvensional.

David Burton, Profesor fisika dari Univ. of Glasgow, kepala peneliti The Grid mengatakan bahwa teknologi ini juga memungkinkan kita berkomunikasi dalam cara yang tidak bisa dibayangkan oleh generasi yang lahir sebelum 1980 (generasi X, baby boomers dsb.)–Kalau menurut saya sih, mungkin teknologi ini tidak bisa dibayangkan oleh mereka yang belum pernah nonton Star Wars–Nevertheless, Burton memberikan gambaran kemungkinan dari teknologi ini antaranya; percakapan hologram 3D, kalau anda pernah nonton film Star Wars anda pasti inget waktu Luke Skywalker pertama kali liat hologram Princess Layla yang disimpan di memorinya R2D2, sekarang fiksi itu bisa menjadi kenyataan. Imajinasi saya membayangkan di masa depan kita benar-benar bisa berkomunikasi dengan orang lain dalam komposisi tubuh yang nyata tidak menggunakan layar lagi. Sebenarnya hologram sudah bisa dipakai saat ini, tetapi karena membutuhkan energi dan prosesor komersial saat ini dalam jumlah yang besar, sehingga harganya sangat mahal sehingga tidak banyak yang menggunakannnya.

Anda ingat bagaimana Tom Cruise berperang melawan teknologi di Minority Report, yakk! seperti itulah masa depan social network. Anda-anda blogger akan menjadi agen-agen dari komputer catatan sipil pemerintah dalam mendata profile, aktivitas bahkan mimpi warganya tadi malam. Kenapa, karena anda seperti saya! kita sama-sama suka menuliskan apa yang kita pikirkan, apa yang kita lakukan, sharing foto dan video tentang kita dan siapa-siapa kita berhubungan atau yang menarik perhatian kita. Kalau anda senang ketemu teman lama anda di facebook atau friendster seperti saya, tahan dulu, karena yang lebih senang yaitu CIA dan badan-badan intelijen negara, mereka punya lebih banyak data tentang anda daripada cuma formulir KTP.

Nah, kalau saya bicara seperti ini kok jadinya seram sekali ya, dimana privasi kita sebagai manusia? ini melanggar HAM ini! begini, saya tidak berbicara mengenai baik atau buruk mengenai sesuatu kecuali itu ada ekspresi atau perilaku. Teknologi sama seperti semua esensi di dunia materi ini adalah murni pada Idea-nya. Jadi itu tergantung manusianya, saya sih gak masalah kalau tulisan atau data situs pertemanan saya diakses badan intelijen, selama itu tidak mengganggu aktifitas saya sebagai manusia. Ignorance..?? well, probably… Tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi The Grid ini bagi kesejahteraan kita sendiri. Saya membayangkan memberikan kuliah bagi mahasiswa2 di Bangkok tentang digital media misalnya, dengan bentuk hologram utuh tubuh saya, pada saat yang bersamaan mahasiswa2 saya di Unila mendapat materi yang sama, jadi mahasiswa2 di Indonesia tidak akan kalah dengan mahasiswa2 negara lainnya, US sekalipun. Ataupun, ada mahasiswa konsultasi skripsi tentang sesuatu yang saya tidak mengerti tetapi saya tahu kolega saya di Adelaide, Australia yang mengerti tentang topic itu, kolega saya bisa virtual mentoring bersama saya. Bayangkan kemungkinan lainnya! masih banyak lagi!

Dan bagi anda yang baru mempelajari web 2.0 dan ingin buat social networking site (SNS) lebih baik lupakan saja, mulailah berpikir web 4.0! konstelasi semantic web berbasis AI. Karena dalam 2 tahun kedepan sudah akan ada generasi baru dari web dengan platform yang akan mengarah pada penggunaan The Grid. Isu internal di facebook mengatakan bahwa mereka sudah bergerak ke arah itu, langkah yang sama di ikuti oleh Google yang hari ini telah memperkenalkan Google App Engine nya bagi 1000 developer, langkah awal bagi Google untuk mewujudkan mimpi OpenSocial pertengahan tahun ini…

Hari ini saya dapat oleh-oleh dari teman yang ikut Konferensi Topic Map (Jangan tanya apa itu Topic Map, butuh 2 semester buat ngejelasinnya aja!) di Oslo minggu lalu, banyak hal yang menarik salah satunya ada profesor dari harvard yang ngaku setengah gila dan tidak suka pada Dewey Decimal, what the…!! itulah orang2 dari harvard, mereka ngaku setengah gila dan ngomong tidak suka Dewey Decimal dan semua orang rela bayar buat dengerin dia, atau Henry Jenkins (dia tidak gila) dari MIT, dia ngomong participatory culture dalam convergence media seolah-oleh itu barang baru, eh sekarang semua ahli digital media ngikut pake istilah participatory, coba kalau dosen komunikasi dari Unila yang ngomong, bisa2 dimasukkin RSJ dia, karena dianggap benar2 gila! Dunia akademisi internasional tidak semurni yang saya kira sewaktu masih mahasiswa, penuh ideologi, pertarungan sejarah, dan politik ekonomi yang kental.

Terakhir, banyak bloggers yang minta dikirimin film fitna oleh saya, jawaban saya sekali lagi, saya mengikuti anjuran pemerintah Indonesia untuk tidak menyebarluaskan film ini, by any means, titik. Tidak ada gunanya bahas film ini lagi, itu gosip minggu lalu, lupakan saja, anggap gak ada. Gak ada bedanya kok ama sinetron2 yang ada hantu nya, atau film2 horor, semuanya mitos yang cuma eksis di kepala anda. Mengenai di block nya youtube, myspace, rapidshare, etc. dari indonesia menurut yang saya baca di detik.com hanya akan berlangsung 10 hari. Kalau saya sih masih mengakses semua situs tersebut dari tempat saya.

widget

Second Life & Libraries

From: digicmb, 1 year ago

The Second Life Library 2.0 project has a great potential, it has the momentum. It has HealthInfo Island to focus on Consumer Health Information, a Medical Library and a Health and Wellness Center.
This presentation shows what libraries are doing in Second Life

SlideShare Link

Wondering a meaning…

Salam,

Banyak hal yang harus dipikirkan sebelum seorang peneliti memulai ‘perjalanan’nya, salah satu diantaranya adalah visi untuk melihat fenomena alam, intuisi untuk memilih dari sekian banyak pertanyaan dan path yang terbentang setelah pertanyaan itu dibuka. I means, for me to spelled the research question are neither easy nor hard, it just need a vision, that’s all it takes!! nevertheless indeed we have to pondered over our decision, beberapa peneliti yang terbiasa menggadaikan intelektualitasnya mungkin bilang, ah kan tergantung pesanan aja… What!! unacceptable!!

1.       Ok, sekarang saya lagi berpikir: riset tentang perubahan makna dari user ketika mereka mengakses situs. Metode kemungkinan quantitative dengan eksperimen observasi sebagai teknik pengumpulan datanya. Assessment apakah yang tepat untuk diberikan? Atau responden diberikan task untuk mensearch kata tertentu ataukah sebuah kesimpulan dari catatan observasi dan pengalaman user, tapi berapa lama?. Masalah penelitiannya adalah apakah ada makna final dari suatu pencarian pengertian? Tentu, jika menggunakan rasionalisasi maka akan ada makna final tetapi apakah titik tersebut berdiri sebagai sebuah makna dengan m kecil atau M besar? Tentu lagi, M besar selalu merupakan milik tuhan. Makna yang hadir hanya akan selalu temporary arbitrary. Tetapi (lagi…) jika melihat aliran dan konsep circularity dari informasi maka sepertinya penelitian ini adalah sebuah penelitian cybernetic. Aghh.. pondering, wondering, thinking…thinking…..

Presentasi tentang mental model in digital library using visual semiotic

Ini adalah slides presentasi saya dengan title: Defining User Mental Model on Indonesian Universities Digital Library Web Interface, project paper untuk Research Method Course, 29 November 2007.

Mental Model on Digital Library Interface using Visual Semiotic

Semoga Berguna!