Materi Tugas Komunikasi Kelompok TA 2013/2014

Berikut adalah materi tugas kelompok pada matakuliah Komunikasi Kelompok Fisip Unila TA 2013/2014. Tugas dikumpulkan pada tanggal 29 Oktober 2013. Kelalaian mengakibatkan nilai tidak dapat diberikan.

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

Kelompok 5

Kelompok 6

Kelompok 7

Kelompok 8

Kelompok 9

Kelompok 10

Kelompok 11

Kelompok 12

kelompok 13

Kelompok 14

Kelompok 15

Kelompok 16

Selain materi tugas di atas, berikut adalah bahan ajar berupa slide presentasi dalam matakuliah ini:

Bahan Kuliah Komunikasi Kelompok

Iklan

Trust, conformity, and virtual group performance

Salam Damai,

Beberapa minggu ini saya mendalami topic virtual group. Tidak hanya karena tuntutan pekerjaan selain itu yang menarik minat saya adalah perkembangan topic ini yang fenomenal dan sangat interdisiplin. Saya membaca mulai dari guru, pakar computer, ekonom, sosiolog, hingga ahli sejarah berbicara mengenai pengembangan kelompok virtual, yang tentunya menurut sudut pandang mereka masing-masing. Setelah meresapi maksud dari terbentuknya fasilitas dan proses dalam komunikasi kelompok virtual timbul pertanyaan saya mengenai apakah penelitian yang ada hingga saat ini sudah cukup membuktikan bahwa kelompok virtual memang terbukti lebih efisien dari kelompok konvensional, tentunya disini kita bicara juga mengenai batasan-batasan. Contohnya penelitian J.B. Walther, the godfather of CMC, tentang rules of virtual group. Menurut saya penelitian itu dasarnya memang sederhana. Dibutuhkan pembuktian aturan komunikasi apakah yang membatasi atau mengakomodasi pengembangan dari kelompok virtual. Aturan-aturan yang diuji bukan aturan-aturan yang fixed melainkan adalah pemikiran Walther dan mahasiswanya sendiri terhadap fenomena. Dalam akhir tulisannya dia sendiri mengakui bahwa aturan tersebut lebih mirip placebo daripada panacea. Jadi aturan ini sendiri adalah dinamis pada prakteknya.

Nah, kondisi dinamis itulah melandasi pertanyaan saya yang selanjutnya. Apakah mungkin dalam kondisi yang dinamis tersebut dapat dihasilkan performa yang lebih baik dari konvensional? Untuk menjawabnya barang tentu kita harus mengetahui faktor, atau lebih tepatnya variable apakah yang mempengaruhi performa kelompok virtual. Banyak faktor, adalah jawaban yang pasti, of course, unquestionable. Dari sekian banyak variable tersebut, mata saya tertuju pada dua topik, yang pertama masalah kepercayaan (trust), dan yang kedua yaitu konformitas (conformity). Diluar keduanya tentu saja kita bicara banyak hal lainnya seperti polarisasi, aturan, kepemimpinan hingga fasilitas baik sosial maupun teknikal. Tetapi kenapa saya memilih variabel kepercayaan dan konformitas adalah karena kedua variable tersebut sudah mempunyai akar penelitian yang kuat dalam komunikasi kelompok konvensional hingga saat ini dan keduanya adalah variable yang secara kualitatif merengkuh baik psikologis maupun sosiologis dari pengembangan kelompok virtual. Salah satu peneliti di dunia yang secara khusus meneliti mengenai peran kepercayaan dalam komunikasi kelompok virtual adalah Sirkka L. Jarvenpaa dari Univ. of Texas at Austin, US. Penelitiannya telah menginspirasi banyak peneliti termasuk saya bagaimana mengukur kepercayaan berdasarkan performa yang terlihat dalam komunikasi kelompok virtual. Bahkan Walther sekalipun menggunakan rujukan dari penelitian ini untuk merumuskan ‘aturan-aturannya’. Kepercayaan adalah sesuatu yang menjaga konsistensi dalam kelompok virtual, tidak hanya mengenai input tetapi juga mengenai output atau hasilan dari kelompok virtual tersebut.

Selanjutnya adalah konformitas, dalam komunikasi kelompok konformitas adalah faktor yang sama pentingnya selain polarisasi dalam mengukur performa kelompok.  Tanpa kebersetujuan masing-masing anggota terhadap keputusan kelompok tidak akan ada sesuatu yang dihasilkan dalam kelompok. Tetapi yang uniknya, bagaimana kita, manusia, menghasilkan konformitas, terutama dalam kelompok vitual, kadang-kadang hanya melalui hal-hal yang kecil misalnya gambar avatar yang digunakan atau nama pengguna (username). Kenapa begitu? Karena kita manusia, pada dasarnya ingin mengurangi ketidak pastian karena itu kita mencari kesamaan dengan lawan bicara kita dengan harapan jika ada kesamaan maka tidak ada beban dalam diri kita ketika berbicara dengan komunikan yang dimaksud. Kesamaan juga melahirkan kekuatan dan motivasi baik bagi anggota kelompok maupun kelompoknya sendiri terutama untuk kelompok virtual yang berbeda jarak dan kadang-kadang tidak pernah ketemu sama sekali di dunia nyata. Konformitas melahirkan kerja kelompok yang saling menjaga dan kepercayaan menjaga konsistensi tersebut. Karena itulah, saya menghasilkan praduga awal saya bahwa ada hubungan antara kepercayaan, konformitas dan kinerja kelompok virtual.

continue… (hopefully)

Group-computer-mediated-communication

Salam Damai,

Dikarenakan saya mendapat penugasan di bidang KBK komunikasi kelompok dan organisasi. Maka saat ini konsentrasi saya bergeser pada bagaimana memahami komunikasi kelompok terlebih dahulu. Walaupun minat saya masih pada perkembangan teknologi komunikasi khususnya groupware dan social software. Saya berpendapat bahwa teknologi telah bekerja di semua tingkatan komunikasi. Karena itu tidak ada salahnya meneliti dan menerapkan teknologi pada tingkatan komunikasi kelompok. Malah itu membantu saya untuk memfokuskan arah teknologi yang akan saya teliti. Kalau sebelumnya, saya masih bimbang mengenai focus penelitian saya yang masih begitu luas, dengan penugasan KBK yang baru ini saya bersyukur bahwa saya akhirnya bisa konsentrasi pada satu aspek komunikasi saja. Sebagaimana sudah saya bahas sejak bertahun-tahun yang lalu bahwa teknologi yang selalu muncul dan menjadi tren social adalah teknologi yang menyediakan akomodasi dan partisipasi, mungkin karena pada dasarnya semua manusia sama di depan nama “masyarakat/society”.

Karena itu, teknologi mungkin bisa berganti-ganti penampilan atau semakin ringkas tetapi fungsi yang diwakili pada prinsipnya adalah sama. Salah satu contohnya adalah teknologi kolaboratif untuk mendukung kerja kolaboratif yang didukung oleh computer (computer-supported collaborative work). Fungsi yang didukung adalah kemampuan untuk berkoneksi dengan rekan kerja, mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dan memberikan penekanan pada aspek-aspek dari pekerjaan. Sejak munculnyanya augmentated technologies pada tahun 1970-an hingga tren groupware di tahun 90-an dan social software saat ini, dan setidaknya pada dekade ke depan, fungsi-fungsi tersebut tetap sama. Tetapi yang menjadi ciri dari perkembangan teknologi kolaboratif saat ini dan saya kira di masa yang akan datang adalah peningkatan resepan pengalaman oleh para pengguna aplikasi tersebut. Jika 40 tahun yang lalu, kita tidak bisa berharap lebih dari pertukaran pesan dalam bentuk teks, maka saat ini teknologi 3D dan simulasi memungkinkan pengalaman pengguna tidak ada bedanya dengan pengalaman komunikasi langsung/tatap muka.

Prinsip depersonalisasi telah bergeser pada arah tidak hanya mengenai kehadiran social (social presence) tetapi juga menghadirkan tingkatan baru dari hyperpesonal dimana emosi dan kenikmatan adalah milik masing-masing individu. Sesuatu yang mewah di alam yang nyata. Karena itu, dalam rangka memahami dan merancang arah teknologi kolaboratif dengan prinsip komunikasi manusia berkelompok maka konsentrasi saya yang pertama adalah memahami bagaimana manusia bertingkah laku dalam perseptif komunikasi kelompok. Saya harap ada sesuatu yang menariuk yang akan saya tentukan dalam bulan-bulan ke depan.

Salam.