Trust, conformity, and virtual group performance

Salam Damai,

Beberapa minggu ini saya mendalami topic virtual group. Tidak hanya karena tuntutan pekerjaan selain itu yang menarik minat saya adalah perkembangan topic ini yang fenomenal dan sangat interdisiplin. Saya membaca mulai dari guru, pakar computer, ekonom, sosiolog, hingga ahli sejarah berbicara mengenai pengembangan kelompok virtual, yang tentunya menurut sudut pandang mereka masing-masing. Setelah meresapi maksud dari terbentuknya fasilitas dan proses dalam komunikasi kelompok virtual timbul pertanyaan saya mengenai apakah penelitian yang ada hingga saat ini sudah cukup membuktikan bahwa kelompok virtual memang terbukti lebih efisien dari kelompok konvensional, tentunya disini kita bicara juga mengenai batasan-batasan. Contohnya penelitian J.B. Walther, the godfather of CMC, tentang rules of virtual group. Menurut saya penelitian itu dasarnya memang sederhana. Dibutuhkan pembuktian aturan komunikasi apakah yang membatasi atau mengakomodasi pengembangan dari kelompok virtual. Aturan-aturan yang diuji bukan aturan-aturan yang fixed melainkan adalah pemikiran Walther dan mahasiswanya sendiri terhadap fenomena. Dalam akhir tulisannya dia sendiri mengakui bahwa aturan tersebut lebih mirip placebo daripada panacea. Jadi aturan ini sendiri adalah dinamis pada prakteknya.

Nah, kondisi dinamis itulah melandasi pertanyaan saya yang selanjutnya. Apakah mungkin dalam kondisi yang dinamis tersebut dapat dihasilkan performa yang lebih baik dari konvensional? Untuk menjawabnya barang tentu kita harus mengetahui faktor, atau lebih tepatnya variable apakah yang mempengaruhi performa kelompok virtual. Banyak faktor, adalah jawaban yang pasti, of course, unquestionable. Dari sekian banyak variable tersebut, mata saya tertuju pada dua topik, yang pertama masalah kepercayaan (trust), dan yang kedua yaitu konformitas (conformity). Diluar keduanya tentu saja kita bicara banyak hal lainnya seperti polarisasi, aturan, kepemimpinan hingga fasilitas baik sosial maupun teknikal. Tetapi kenapa saya memilih variabel kepercayaan dan konformitas adalah karena kedua variable tersebut sudah mempunyai akar penelitian yang kuat dalam komunikasi kelompok konvensional hingga saat ini dan keduanya adalah variable yang secara kualitatif merengkuh baik psikologis maupun sosiologis dari pengembangan kelompok virtual. Salah satu peneliti di dunia yang secara khusus meneliti mengenai peran kepercayaan dalam komunikasi kelompok virtual adalah Sirkka L. Jarvenpaa dari Univ. of Texas at Austin, US. Penelitiannya telah menginspirasi banyak peneliti termasuk saya bagaimana mengukur kepercayaan berdasarkan performa yang terlihat dalam komunikasi kelompok virtual. Bahkan Walther sekalipun menggunakan rujukan dari penelitian ini untuk merumuskan ‘aturan-aturannya’. Kepercayaan adalah sesuatu yang menjaga konsistensi dalam kelompok virtual, tidak hanya mengenai input tetapi juga mengenai output atau hasilan dari kelompok virtual tersebut.

Selanjutnya adalah konformitas, dalam komunikasi kelompok konformitas adalah faktor yang sama pentingnya selain polarisasi dalam mengukur performa kelompok.  Tanpa kebersetujuan masing-masing anggota terhadap keputusan kelompok tidak akan ada sesuatu yang dihasilkan dalam kelompok. Tetapi yang uniknya, bagaimana kita, manusia, menghasilkan konformitas, terutama dalam kelompok vitual, kadang-kadang hanya melalui hal-hal yang kecil misalnya gambar avatar yang digunakan atau nama pengguna (username). Kenapa begitu? Karena kita manusia, pada dasarnya ingin mengurangi ketidak pastian karena itu kita mencari kesamaan dengan lawan bicara kita dengan harapan jika ada kesamaan maka tidak ada beban dalam diri kita ketika berbicara dengan komunikan yang dimaksud. Kesamaan juga melahirkan kekuatan dan motivasi baik bagi anggota kelompok maupun kelompoknya sendiri terutama untuk kelompok virtual yang berbeda jarak dan kadang-kadang tidak pernah ketemu sama sekali di dunia nyata. Konformitas melahirkan kerja kelompok yang saling menjaga dan kepercayaan menjaga konsistensi tersebut. Karena itulah, saya menghasilkan praduga awal saya bahwa ada hubungan antara kepercayaan, konformitas dan kinerja kelompok virtual.

continue… (hopefully)

Iklan